kauselaludihatiku

apa yang terkirim dari-Nya; orang-orang terbaik dan tercinta, yang mengkhianati, jalan hidup, saat-saat sulit, kebahagiaan, dan semua yang menghampiri dalam hidupku, hingga ke hal-hal yang remah, adalah nikmat untuk dikenang, diresapi, dihayati, dan ditangkap moment-moment puitiknya; untuk disimpan dalam hati. untuk segala itu; kauselaludihatiku.

My Photo
Name:

lelaki, majalengka-tiga dekade silam, jakarta.

Tuesday, May 04, 2010

in every single hole

"Siapa menabur benih, ia akan menuai buahnya..."

Negeri ini teramat bersahabat bagi berbagai jenis
tanaman. tanahnya yang rata-rata subur, memberi banyak
peluang hidup dan berbuah meruah bagi ribuan, bahkan
ratusan ribu spesies tetumbuhan di negeri indah ini.
Tanah air ini memberi penghidupan bagi mereka yang ulet
bertani, bercocok tanam, dan membuka ladang dengan
penuh kesungguhan.

Aku pernah menyaksikan 'kehebatan' mereka; ditempa
ujian fisik, cuaca yang tak tertebak, hama yang
terkirim tanpa isyarat sebelumnya, atau kegetiran
gagal panen yang bisa melenyapkan mimpi mereka tentang
hasil yang melimpah. Tepatnya ketika dua bulan
aku sublim dalam kehidupan dusun Kebon Agung,
Desa Lajer, Kecamatan Penawangan, Grobogan.
Dua bulan yang berharga bukan karena aku
dapet nilai b-plus untuk matakuliah KKN, tapi berharga
karena aku menemukan banyak hal di situ...

Salahsatunya tentang etos kerja...

Setiap menjelang musim penghujan, ladang-ladang telah
disiapkan. Tanah-tanah digemburkan, ilalang kering
dibersihkan, pokoknya siap untuk masa tanam
berikutnya. Agustus 1996, Kebon Agung bersiap untuk
menanam kacang kedele.

Aku ikut larut dalam kegembiraan menyiapkan ladang.
Benih sudah dibeli dari pasar kabupaten, dan tongkat kayu
untuk membuat lobang pada tanah, telah siaga untuk
segera digunakan. Dengan kecekatan yang telah terbiasa,
para warga mulai melubangi tanah dengan kayu sebesar
kepalan tangan yang pada bagian ujungnya telah
ditajamkan. Pesta 'nyulur' pun baru saja dimulai.

Ada satu hal yang membuat aku terkesima, yaitu pada
setiap benih yang mereka masukkan ke dalam setiap lubang
tanaman, selalu diikuti dengan sholawat nabi. Jarak
antar lubang yang teratur, menjadi hitungan seberapa
banyak sholawat yang mereka kumandangkan. Setiap biji
kedelai adalah serupa biji tasbih, setiap hentakan
kayu adalah kumandang 'amin' atas doa dan salam
kesejahteraan kepada nabi yang dirindukan untuk suatu
saat kelak dapat ditemui dan meminta syafaatnya
di hari perhitungan nanti. Setiap lubang adalah bukti
kecintaan mereka terhadap Sang Pemberi Arah Hidup,
terhadap utusanNya, dan terhadap anugrah-anugrah hidup
yang telah mereka sebelumnya. Setiap shalawat adalah
juga harapan akan kehidupan yang lebih baik 'di sana',
setidaknya juga harapan meraih hasil panenan yang baik
dan berkah.

Mereka terbiasa bekerja dan meraih hasil sesuai dengan
kewajaran kerja. Secara kuantitas pekerjaan mereka
lebih berat dari seorang akuntan, lawyer, komisaris,
bankir, konsultan pajak, dan lain-lain.
Hasil yang mereka dapatkan pun, berbanding lurus
dengan kewajaran usaha yang mereka lakukan.
Kebersahajaan mereka membuat aku cemburu...

April 1997, delapan bulan setelah aku usai KKN, aku dateng lagi ke
Kebon Agung. Ternyata hasil panen tidak seperti yang
diimpikan. Hama jamur putih dan insect sejenis
kupu-kupu membuat rusak tanaman mereka. Apa yang
mereka tuai, sedikit saja.

Malam hari sebelum aku meninggalkan (lagi) mereka, dalam obrolan
di meja makan di bawah temaram lampu minyak, aku
mendengar kalimat-kalimat penuh senyum dari
wajah-wajah lugu mereka: "bisa saja benih itu tidak
kita tuai buahnya di dunia ini, tapi siapa tau, shalawat
yang kita kumandangkan pada setiap lubang, akan
menjadi buah manis di kehidupan kelak.."

Tiba-tiba, seolah aku ingin membuat jutaan lubang di
ladang hatiku, dan menanaminya dengan butiran shalawat.

Pada setiap lubang !