kauselaludihatiku

apa yang terkirim dari-Nya; orang-orang terbaik dan tercinta, yang mengkhianati, jalan hidup, saat-saat sulit, kebahagiaan, dan semua yang menghampiri dalam hidupku, hingga ke hal-hal yang remah, adalah nikmat untuk dikenang, diresapi, dihayati, dan ditangkap moment-moment puitiknya; untuk disimpan dalam hati. untuk segala itu; kauselaludihatiku.

My Photo
Name:

lelaki, majalengka-tiga dekade silam, jakarta.

Thursday, April 19, 2012

Dagang Ilmu

Selembar peci lusuh, menutupi rambut peraknya dari panas matahari yang sedang mekar-mekarnya. Giginya yang tak lagi lengkap, membuat sepasang pipinya kempes tak berisi. Juga keriput kulit, semakin menegaskan kalo ia sudah berusia senja. Tapi dari kerongkonganya, pita suaranya masih lantang meneriakkan; “Kitaabb… kitaabb…”

Sepasang pundaknya yang tak bisa dibilang kekar, bergantian menggendong kardus berisi buku yang diselendangi kain kelabu. Jika sudah lelah di pundak kanan, ia pindahkan ke kiri. Begitu terus berganti-ganti, dari hari ke hari.

Aki, demikian kami menyebutnya, kerap datang ke rumah kami. Awalnya ketika Rana membutuhkan buku Iqro baru, entah kebetulan, ia datang untuk pertama kali. Ketika itu ia tak membawa apa yang kami cari, tapi menjanjikan akan membawanya dua atau tiga hari lagi.

“Saya pesan dulu ke koperasi, besok atau lusa barangnya biasanya sudah datang” demikian ia memberikan garansi.

Dua hari yang dijanjikan, ia menepatinya. Bola matanya yang mulai memudar, terlihat berbinar ketika ia memberi salam di halaman rumah. “Neng, ini kitabnya sudah ada” ujarnya penuh gembira.

Lalu kami mengobrol. Tak disangka, ternyata ia berasal dari Majalengka. Dari sebuah desa kecil bernama Lame, berjarak empat kilometer saja dari Leuwimunding, desa tempat dulu aku mengabiskan masa sekolah dasar. Kami pun ngobrol makin akrab.

Sudah lama ia menggeluti usaha berjualan buku keliling. Awalnya karena ia tak memiliki banyak pilihan. Ia tak memiliki keahlian lain, sementara di desa pun ia tak memiliki lahan untuk bisa digarap dan dijadikan mata pencaharian. Beruntung ia memiliki kenalan yang mengantarnya penjadi penjaja buku.

“Kitab-kitab ini saya ambil di koperasi, lalu saya setor kalo sudah laku” katanya, sambil menawarkan kumpulan hadits Bukhori.

“Meski tak menentu hasilnya, tapi cukup buat saya ngontrak di blok paling belakang rame-rame dengan teman-teman. Ada uga sedikit yang saya tabung. Tiga bulan sekali saya pulang kampung. Bisa lebih sering kalo saya kangen cucu” katanya sambil malu-malu menghirup teh hangat yang dihidangkan.

Sebelum ia pamit pergi, ia tersenyum dan berkata; “Habis mau apa lagi. Saya ini bodoh, gak punya apa-apa. Tapi saya ingin jadi orang berguna, meski saya sudah tua. Makanya saya jualan buku. Dagang ilmu”.

Hari itu, rumah kami kedatangan lagi orang tua yang hebat dan mulia.


(Corundum, medio 2011)

1 Comments:

Blogger Syauqi Alyaa said...

mani terharu, dan ternyata seu'eur orang majalengka nu harebat nyah?

12:12 PM  

Post a Comment

<< Home