Reformasi
enam belas tahun silam, 27 Juli 1996, pagi-pagi interlokal ke rumah, mengucapkan selamat ulang tahun kepada bapak, sekaligus meminta restu untuk pergi ke lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) di dusun terpencil tak berlistrik di lipatan ketiak Grobogan.
Sorenya, dengar berita Jakarta bergejolak; Jalan Diponegoro bersimbah amarah dan darah. Lalu suhu politik pelan-pelan mendekati titik didih. Beberapa kawan--sekalipun ia pemberani--akhirnya memilih tiarap dan sembunyi. Di lokasi KKN, tidak boleh bicara politik apalagi bicara miring tentang penguasa. Beberapa yang tetap vokal, diam-diam 'diambil' oleh, entah, aparat atau kaki tangan kekuasaan. Perlahan, di dusun dan desa-desa terpencil, situasi pun ikut mencekam.
Enam belas tahun silam, aku menjadi pengecut yang memilih diam, khawatir terpeleset di masa-masa akhir perkuliahan. Karena di pembicaraan telepon pagi-pagi, aku sudah berjanji pada bapak, untuk lulus secepatnya....
[mengenang para sahabat yang pemberani, yang mencintai negeri ini]
Sorenya, dengar berita Jakarta bergejolak; Jalan Diponegoro bersimbah amarah dan darah. Lalu suhu politik pelan-pelan mendekati titik didih. Beberapa kawan--sekalipun ia pemberani--akhirnya memilih tiarap dan sembunyi. Di lokasi KKN, tidak boleh bicara politik apalagi bicara miring tentang penguasa. Beberapa yang tetap vokal, diam-diam 'diambil' oleh, entah, aparat atau kaki tangan kekuasaan. Perlahan, di dusun dan desa-desa terpencil, situasi pun ikut mencekam.
Enam belas tahun silam, aku menjadi pengecut yang memilih diam, khawatir terpeleset di masa-masa akhir perkuliahan. Karena di pembicaraan telepon pagi-pagi, aku sudah berjanji pada bapak, untuk lulus secepatnya....
[mengenang para sahabat yang pemberani, yang mencintai negeri ini]
0 Comments:
Post a Comment
<< Home